Fauzi Hasan
Doctor of Management Information System
Doctor of Financial Management
Professor of Project Management-American Academy
President American Academy Asia Pacific.
Pemahaman penulis atas supply chain system (sistem rantai pasok) bahwa sistem ini tidak secara konvensional dibangun atas gagasan fleksibilitas, sistem ini tidak agile serta tidak mengantisipasi dinamika pasar yang volatile. Sebaliknya, sistem rantai pasok terbangun atas sistem-sistem yang terfragmentasi dan rawan terdistorsi saat menghadapi kondisi shortage atau ketika terjadi pergeseran pemintaan (demand shifting).
Penyedia jasa logistik lambat dalam mengadopsi teknologi baru, sementara seluruh dunia mengadopsi teknologi cloud untuk membantu mereka memecahkan hambatan silo (silo barriers) dan mengintegrasikan komunikasi, perusahaan terus menggunakan aplikasi dan alat yang berbeda untuk mengelola pesanan, mengelola inventori, dan mendistribusikan barang.
Kondisi pandemi COVID-19 telah memperburuk kondisi sistem supply chain. Penulis mengamati bahwa di awal bulan Februari 2020, telah terjadi kondisi distribusi global dimana negara China mengirimkan barang ke suatu pelabuhan dan container menumpuk di pelabuhan tujuan dan tidak kembali ke tempat asalnya. Pada saat yang sama di Amerika terjadi peningkatan permintaan yang memicu timbulnya pula peningkatan kegiatan distribusi, namun demikian situasi ini telah memicu timbulnya kelangkaan (shortage) sumber daya sistem supply chain yang dibutuhkan untuk memindahkan komoditi dengan volume yang sangat besar dari satu lokasi ke lokasi lain dan berpotensi untuk menimbulkan global backlogs aliran barang, hal ini akan menimbulkan domino effect dengan meningkatnya harga komoditas di pasar global.
Memperhatikan kondisi dan peran elemen-elemen pendukung suatu sistem supply chain, penulis setelah mengamati terjadinya fenomena distortif (distortive phenomenon) yang terjadi di jaringan rantai pasok, maka sistem supply chain harus selalu berubah untuk menghadapi tantangan operasional, berikut pandangan dan masukan penulis terkait solusi utama yang dapat dilakukan oleh entitas elemen sistem supply chain:
1. Adopsi Teknologi Pendukung Operasi Logistik (technology-based logistic)
Telah terjadi lonjakan yang signifikan atas transaksi bisnis yang dilakukan pada platform e-commerce selama pandemic COVID, sehingga prediksi nilai transaksi di tahun 2024 akan mencapai USD. 6 Triliun. Platform e-commerce memberikan konsumen banyak pilihan, kenyamanan dan hemat biaya ,dan dengan meningkatnya permintaan produk secara online, permintaan akan layanan pemenuhan dan pengiriman akan terus meningkat.
Karena kenyamanan, biaya, dan kecepatan e-commerce, kemungkinan besar mereka tidak akan kembali ke kebiasaan lama.
Meskipun e-commerce telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa (pada 2019, e-commerce menyumbang 11% dari penjualan rittel secara global, kondisi pandemi hanya mempercepat kesuksesan itu
Untuk beradaptasi dengan perubahan permintaan dan kebiasaan konsumen, perusahaan perlu berpikir untuk mengadopsi alat, sistem, dan strategi baru. Mereka perlu beralih dari rantai pasokan yang terbatas kemampuannya dan tidak fleksibel, dan amengadopsi kemampuan logistik berbasis teknologi dengan skalabilitas sesuai permintaan.
2. Reduksi Frekwensi Sudden Shortage
Perusahaan mengandalkan SDM operasional untuk terus menjalanka pengiriman dan logistik bisnis mereka secara efektif. Jika terjadi disrupsi transportasi, maka akan terjadi kegagalan operasi rantai pasok dengan cepat. Kondisi pandemic berdampak berkurangnya ketersedian sumber daya manusia, guna mengurangi frekwensi disrupsi oprasi logistic maka suatu backup strategi perlu diterapkan.
3. Globalisasi Operasi Manufaktur
Dengan globalisasi operasi manufaktur yang memiliki jaringan pengadaan global dapat mendukung dan dapat bereaksi terhadap kebutuhan rantai pasokan, memilih pemasok strategis yang menyediakan lokasi manufaktur dengan kualitas global yang konsisten dan layanan lokal yang andal merupakan suatu solusi bagi masalah yang timbul akibat adanya dinamika di dalam sistem supply chain.
4. Distribusi Produk Yang Aman dan Berkualitas
Tekanan pada produsen untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi yang aman merupakan tantangan yang semakin meningkat. Jumlah kasus penarikan produk meningkat setiap hari, ini dapat merusak reputasi perusahaan dan biayanya mahal.
Kualitas tinggi dimulai dengan memilih bahan baku yang tepat, memutuskan metode produksi yang tepat sesuai standar internasional, dan terakhir menguji dan membuktikannya.
5. Lead Time yang Pendek, Inventory Rendah dan Throughput yang Lebih Baik
Dengan siklus hidup produk yang lebih pendek dan permintaan pasar (demand) yang berubah, perusahaan dipaksa untuk menjalankan lean operation, strategi pasokan dalam lingkungan lean operation sangat mendukung strategi operasi. Optimasi desain proses yang berfokus pada peningkatan produktivitas manufaktur akan menurunkan Total Cost of Ownership (TCO), yang sangat memberikan implikasi pada biaya operasi jaringan sistem supply chain.
6. Konsolidasi Berbasis Pemasok ( Supplier-based consolidation)
Konsolidasi berbasis pemasok dapat membawa banyak keuntungan,hal ini akan menghilangkan varians di dalam pasokan dan overhead, terutama dalam pasokan kelompok barang-barang atau material fast moving atau C class. Tantangannya adalah menemukan pemasok dengan solusi dan pengalaman dalam proses konsolidasi berbasis pemasok, dalam hal ini pemasok harus dilengkapi dengan teknologi yang mampu mendukung: Visibility,Velocity dan Variability.
7. Akses Pada Teknologi Terkini
Akses pada teknologi terkini di berbagai bidang dengan memiliki tenaga ahli yang tepat telah terbukti menjadi pendukung besar dalam mencapai tingkat kehasilgunaan operasi sistem supply chain dan menurunkan biaya operasi sistem.
Demikian disampaikan pemikiran penulis, semoga dapat menstimuli pemikiran-pemikiran yang kontruktif terkait peningkatan produktifitas dan efisiensi suatu system supply chain.
Sang Penghimpun.